Senin, 29 Januari 2018

MENGAJAR DI KELAS ADIK

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum
Cerita ini merupakan pengalaman menarikku saat menjalani tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) semester 1 dari kampusku (STKIP Al-Hikmah Surabaya) beberapa hari yang lalu di sekolah asalku (SMA N 1 Piyungan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Tugas KKN tersebut berlangsung selama masa liburan semester gasal yaitu kurang lebih dua pekan dengan rincian kegiatan: sit in / observasi cara guru mengajar minimal sejumlah 8 kali pertemuan, praktek membuka pelajaran minimal sejumlah 4 kali pertemuan, observasi pelaksanaan pramuka di sekolah minimal sejumlah 1 kali pertemuan, dan praktek mengajar di Taman Pendidikan Quran (TPQ) minimal sejumlah 6 kali pertemuan. Jadi dalam pelaksanaannya, mahasiswa semester satu diharuskan untuk kembali ke sekolah asal mereka, dimana mereka akan menjalani tugas KKN tersebut. Aku sendiri memilih untuk melaksanakan KKN di SMA asalku (SMA N 1 Piyungan) karena letaknya tidak terlalu jauh dari rumah.
Malam itu (Rabu tanggal 24 Januari 2018), aku menghubungi guru pamong pelajaran Bahasa Inggris (nama panggilan beliau adalah Bu Tuti’) melalui pesan whatsapp untuk meminta konfirmasi kesediaan beliau terkait tugasku, yakni observasi sekaligus praktek membuka pelajaran. Beliau menyetujui, selanjutnya aku mengecek jadwal beliau mengajar di jadwal pelajaran. Aku tersenyum kecil saat melihat jadwal Bu Tuti’ di hari Kamis 25 Januari 2018 karena ternyata pada hari itu beliau mengampu pelajaran Bahasa Inggris di kelas XI IPS 1 (kelas adik pertamaku yang bernama Azzam). Dalam hati aku berkata, “Apa ya, yang kira-kira terjadi besok? Ah, sebaiknya aku persiapkan semaksimal mungkin agar semuanya berjalan lancar sehingga aku tidak malu-maluin di kelas adikku.. Hehe.”
Keesokan harinya (Kamis tanggal 25 Januari 2018), aku masuk ke kelas XI IPS 1, setelah itu Bu Tuti’ menjelaskan ke murid-murid bahwa aku yang akan membuka pelajaran beliau. Langsung saja setelah dipersilahkan Bu Tuti’, aku maju ke depan kelas. Keadaan kelas sedikit tidak tenang karena beberapa siswa maupun siswi bertanya-tanya,
“Mas, kakaknya Azzam ya?”
Lalu aku menjawab, “Sebentar, biar Mas perkenalan terlebih dahulu to”.
Setelah aku memberikan salam, kemudian aku mulai memperkenalkan diri, “Perkenalkan, nama saya Ukasyah, saya adalah mahasiswa semester 1 di STKIP Al-Hikmah Surabaya, jadi saat ini saya sedang melaksanakan tugas KKN yang salah satunya adalah praktek membuka pelajaran. Dan, saya adalah kakak dari Azzam Izzul Haq, teman kalian.” Setelah itu, tiba-tiba seluruh siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, langsung tertawa dan salah satu dari mereka berkata,
“Hahaha, iya kan, benar kataku, kamu kakaknya Azzam, Mas”.
“Hehe, iya iya”, balasku.
“Zam, kuwi loh ono masmu” (“Zam, itu loh ada kakakmu”), kata salah seorang siswa kepada adikku sambil tertawa.

Kelas menjadi riuh, saat itu adikku hanya bisa tersenyum dengan sesekali tertawa kecil. Entah apa yang dia pikirkan saat itu, apakah dia merasa bangga atau malah merasa malu. :D
Kemudian aku melanjutkan perkenalan diri, “Saya berasal dari Kota Probolinggo di Jawa Timur, dan saat ini saya bertempat tinggal di Jogja, tepatnya di dusun Madugondo, tidak jauh dari sini, sekitar kurang lebih........” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, seorang siswa menimpali sambil menahan tawanya,
“Sama rumah Azzam sebelah mananya, Mas?”
“Oh, sama rumah Azzam? Satu kamar, dong”, balasku, lalu siswa serentak tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan.
Perkenalan pun selesai, lalu aku mulai memberikan sedikit motivasi kepada mereka berdasarkan pengalaman pribadiku. Aku ceritakan kepada mereka mengenai perjuanganku setelah lulus SMA, ketika pada saat itu aku benar-benar frustrasi akibat ditolak di beberapa perguruan tinggi negeri. Yang pada waktu itu aku juga sempat mendaftar beasiswa ke Jepang yang diadakan oleh satu perusahaan asal Jepang (Mitsui-Bussan) dan sayangnya juga ditolak. Aku ceritakan juga pengalamanku saat pada akhirnya aku memilih untuk bekerja selama 4 bulan di salah satu mall di Kota Jogja. Pada akhir cerita, aku sampaikan kepada mereka bahwasanya pada tahun depannya –setelah setahun tidak kuliah- aku dapat diterima di 2 perguruan tinggi, yakni UNY dan STKIP Al-Hikmah Surabaya.
Aku memberi mereka inspirasi bahwasanya Allah tidak menguji hambaNya melebihi kemampuan mereka, dan Allah juga senantiasa menyisipkan hikmah dibalik segala kesusahan yang kita terima. Aku berikan contoh nyata hal itu dari pengalaman pribadiku sebelumnya bahwasanya setelah setahun tidak kuliah dan memilih untuk bekerja demi mencari pengalaman, aku malah bisa mendapatkan beasiswa penuh 100%  S1 dari STKIP Al-Hikmah Surabaya di tahun depannya.

Wassalamu’alaikum


#STKIPALHIKMAHSBY
www.hikmahuniversity.ac.id

2 komentar:

  1. sangat luar biasa teman saya ini~
    baru smester satu, penampilan dan cara mengajarnya sungguh sangat memukau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas tanggapannya.. :) Semoga sukses..

      Hapus