Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum
Pada
kesempatan ini aku akan membagikan kisah menarik saat aku melaksanakan tugas
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Taman Pendidikan Quran (TPQ) Madrasah Diniyah
Madugondo (MDM). Sebagai informasi, MDM terletak di Jl. Wonosari km. 10, Dusun
Madugondo, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). MDM adalah tempat belajar Al-Quran yang
diperuntukkan khususnya bagi anak-anak dari taman kanak-kanak hingga sekolah
dasar di Dusun Madugondo dan sekitarnya. Kegiatan di MDM ini berlangsung pada
hari Senin, Rabu, dan hari Jumat. Oh iya, di Dusun Madugondo inilah aku juga
bertempat tinggal, jarak antara rumahku dengan MDM ini kurang lebih sekitar 200
m saja. Meskipun berjarak tidak jauh dari rumahku, namun sebelumnya aku belum
pernah sekalipun mengajar mengaji disana. Oleh karena itu, aku bersyukur STKIP
Al-Hikmah Surabaya –kampusku- sudah memberikan tugas KKN yang salah satunya
mengajar TPQ, jadi mau tidak mau aku harus melaksanakan tugas itu dan rupanya
itu bermanfaat buatku sebagai salah satu pengalaman yang cukup berkesan bagiku.
Jadi kisah ini
adalah pada saat hari terakhir pelaksanaan praktek mengajarku di TPQ MDM,
tepatnya pada hari Jumat tanggal 26 Januari 2018. Seperti biasanya, kegiatan di
MDM dimulai tepat pada pukul 16.00 WIB. Dengan berdo’a, murid-murid MDM mengawali
kegiatan pada sore hari itu. Setelah itu, mereka menghadap ke Ustaz dan Ustazah
sesuai kelas mereka. Jadi di MDM terdapat 2 kelas: kelas pertama untuk kategori
usia taman kanak-kanak hingga kelas 3 sekolah dasar, sedangkan untuk kelas
kedua untuk kategori kelas 4 hingga 6 sekolah dasar. Ustaz dan Ustazah
bertindak sebagai penyimak bacaan iqro’ atau Al-Quran para murid MDM. Pada saat
itu, aku diberi amanah untuk menyimak bacaan murid MDM kelas kedua. Waktu itu
aku hanya sempat menyimak bacaan iqro’ seorang murid saja, karena kebanyakan
dari mereka sudah selesai mengaji dengan Ustaz atau Ustazah.
Tidak terasa
jam sudah menunjukkan pukul 16.50 WIB., yang berarti waktu belajar mengaji
murid TPQ MDM tersisa 10 menit lagi. Seorang pengajar (kalau tidak salah
Ustazah Rohmah namanya) tiba-tiba menyuruhku untuk mengisi waktu 10 menit yang
tersisa tersebut dengan bercerita ataupun lain-lain. Dengan rasa yakin, aku
berjalan maju ke depan kelas (meskipun sebenarnya aku merasakan sedikit gugup..
hehe) setelah itu aku mulai bercerita. Yang terlintas di pikiranku saat itu
adalah kisah sapi betina yang terdapat dalam Qur’an surat Al-Baqarah. Aku
bercerita dengan penuh rasa percaya diri karena aku cukup memahami kisahnya. Aku
cukup menguasai cerita itu karena dulu aku juga pernah mempresentasikannya di
kampus pada waktu mata kuliah basic reading yang diampu oleh Ustazah
Haris Dibdyaningsih, M.Pd.
Saat
bercerita, aku sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada murid-murid TPQ
MDM agar mereka juga bisa aktif dalam menyimak cerita dariku. Contohnya: “Siapa
yang pernah membaca di buku atau mengetahui cerita sapi betina yang ada di
Al-Qur’an surat Al-Baqarah?” dan “Siapa yang tahu Nabi Musa ‘Alaihissalam?”
Salah satu dari mereka juga aku jadikan sebagai peraga dari cerita yang aku
sampaikan, seperti pada saat bagian cerita dimana pada akhirnya si mayat
terbangun dan menunjuk si pelaku pembunuh dirinya. Murid yang aku tunjuk
sebagai peraga –Royyan namanya- tadi benar-benar antusias memperagakan cerita
sesuai arahanku. Dengan gaya lucunya, dia berakting seolah-olah dia adalah
seorang mayat hidup yang selanjutnya menunjuk si pelaku. Murid-murid MDM
lainnya memperhatikan dengan seksama dan riang gembira. Kemudian Royyan aku
perintahkan untuk menunjuk salah satu temannya sebagai seolah-olah adalah si
pelaku. Royyan lalu menunjuk seorang murid perempuan dan kelas TPQ MDM bertambah
riuh oleh suara tawa murid-murid yang menyaksikan tingkah laku Royyan tadi.
Dari kisah
menarik tersebut, aku memetik beberapa pelajaran yang tentunya bermanfaat
bagiku sebagai calon pendidik di masa depan. Yang pertama, seorang guru
hendaknya selalu siap kapan pun dia dibutuhkan dan dalam kondisi apapun. Oleh
karena, itu aku harus senantiasa mempersiapkan diri dengan menambah wawasanku
sebanyak mungkin. Yang kedua, ketika seorang guru mengajar, hendaknya dia juga
bisa mengajak/menggiring murid-muridnya agar bisa lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar sehingga para murid tidak mudah merasa bosan. Yang
berikutnya adalah pelajaran bahwasanya anak harus sering kita berikan wawasan
mengenai agama Islam ini. Salah satu contohnya dengan menceritakan kisah-kisah
Nabi. Apa tujuannya? Tujuannya adalah agar sifat religius anak dapat terbentuk
sejak dini sehingga ketika dewasa dia dapat menjadi pribadi yang religius dan
sholeh maupun sholehah.
Wassalamu’alaikum
#STKIPALHIKMAHSBY
www.hikmahuniversity.ac.id
#STKIPALHIKMAHSBY
www.hikmahuniversity.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar